Rabu, 12 September 2012

saat kembali begini

saat ketidakpercayaan bertengger dalam benakku dan menggerogoti arti semuanya mengapa semua seakan membenarkan?
lalu atas keputusanku untuk menyalahkanku sendiri untuk percaya yang memudar dan hilang begitu saja? argghhh sudah begitu lama aku melakukannya, sungguh aku telah melakukannya hingga hilang semua rasa yang kupahami dari aku sendiri, lalu hanya terdiam dan hati menangis tanpa suara...
aku sudah bicara, dan kupahami ucapanku hanya menambah banyak masalah yang membuat segalanya semakin runyam
aku diam, dalam diamku, aku berharap kau memahami apa yang ku inginkan namun tak begitu
lalu aku menghancurkan semua pilar-pilar kehidupanku untuk memabangun sebuah istana yang kuharap membantuku semakin dekat dengan istana di JannahNya dan ketika istana demi istana yang kita bangun itu runtuh menjadi puing, hilang segala hal yang mengokohkanku,,,
dalam harap yang ntah karam dimana,
di impian yang menguap lalu hilang
ajari aku membangun kembali sesuatu, satu saja
apapun itu,

Senin, 10 September 2012

mestinya tak perlu ada harapan

harusnya kita memang tak pernah bertemu atau menjalin komunikasi lagi
harusnya tak usah bernostalgia hingga getar yang lama ku coba bungkam geraknya mulai menari lagi
hingga saat hilang hangat darimu bekulah aku pada pojok ruang tanpa cahaya


aku,, harus apa?

Minggu, 09 September 2012

sesuatu itu -dia katakan sebagai- harapan

pertanyaan yang sama yang selalu kupertanyakan pada diriku sendiri setiap kali -setelah maret kelam itu-aku bertindak
apa yang kamu kerjakan sudah mengarah pada harapan yang kamu bangun?
apa jalan yang kamu tuju mengantarkanmu pada kebahagiaan merengkuh harapan itu?
pertanyaan paling menohok adalah...
apa harapanmu?

hha.. jujur aku masih ingin menangis membayangkan bahwa apa yang kujalani semuanya -dari maret kelam itu- sebagai suatu jalan untuk mendekati harapan, dimana harapan yang kudekati adalah harapan yang lahir dari langkah yang sedang kuayunkan,, lalu, gamang.. sebab tak kutemukan kenyamanan disana.

kupelajari kembali satu-persatu kesalahan besar yang kulakukan, aku akui,, aku memang salah, memang aku salah..
-katamu- aku sendiri yang pada akhirnya menghancurkan segalanya,,
baiklah,, baiklah,, aku salah dan aku akan berfikir kembali kemana harapan itu akan mengarah
atas semua bangunan yang kubangun dulu yang kamu pagari, yang kamu buat ia berlumut, terabaikan dan tertinggal , bagaimana aku harus kembali untuk membuatnya kembali indah?
untuk setiap mimpi nyata yang menegarkan pijakan kaki itu yang dipatahkan kekokohannya, yang dihapus jalannya, bahkan dibakar segala rindangnya, bagaimana aku harus merindangkannya??
bagaimana aku harus membangun mimpiku lagi? mimpi yang dulu kubangun lama sebelum aku mengenalmu? bagiamana?

aku tak cukup punya banyak waktu,
aku sudah menghabiskan waktu waktu berharga itu, tapi.. aku paham menemukan banyak hal disana dan aku harus belajar...


aku mencintaimu, sungguh... dan dengan rasa itu harusnya aku bertahan, bukan menghujat dan mencari pembenaran...
disudut pulau antahlah yang kapal kita mengaram disana,, aku masih berharap menemukan dan menjadikanmu sebagai kapten dipelayaranku lagi,, meski semua tak mungkin ada kesempatan itu lagi

Selasa, 04 September 2012

...

aku tak tau harus menulis apa saat ini,
mimpi-mimpi yang kubangun telah lama menguap, dan aku baru saja melangkah mencoba membangunnya kembali, namun.. satu tanjakan, lalu terjatuh kembali
hayalan sudah terlalu lama menghiasi kepala hingga usaha tak lagi maksimal, ia hanya bergabung bersama debu-debu yang bertebangan begitu saja tanpa makna
sungguh, aku begitu buruk
aku tak sanggup menata impian lagi mungkin,
atau tak lagi percaya pada apapun sejak aku menghianati banyak hal
 tak taulah, yang ku tau hanya
aku berharap nyala-nyala mimpi itu tak hilang, just it
ia benar-benar memudar hingga yang ku tau, aku bertindak tanpa tujuan lagi
sebab ketidak percayaan yang ku bangun membuatku sedikit menutup mata pada ketulusan yang ntah bagaimana ku raba datangnya.