sepi,
tentulah sambungan yang pantas adalah hampa,
meski berada di tengah keramaian tapi sunyi tetap menemani
sekalipun bergumul dengan hal-hal menyenangkan tetap,
hanya sejenak terlupa lalu kembali tedampar pada pojok suram
kelam
sendiri.
hanya hati yang mengerti
aku mencari pegangan ibu, saat langkahku terseok lalu terjatuh
aku mencoba bersandar pada sandaran lain ditengah tumpuan yang kau berikan,
mengasingkanmu pada sisi lain,
yang ketika sandaranku pergi,
aku bingung harus memulai dari mana denganmu
aku berusaha untuk mendekap kasih yang sebenarnya tidak pernah pergi
untuk menghalau resah atas hangat pelukan lain yang palsu, (mungkin tak palsu ibu, hanya aku tak berusaha untuk memahaminya saat ini, karna untukku memang belum saatnya)
aku mencari kebenaran untuk setiap dusta ayah,
berusaha menyelami sebuah makna, namun kini,
aku sendiri,
tak kudapati kau elus rambutku perlahan untuk meyakinkan bahwa apa yang kulakukan adalah benar
aku tak melihat dirimu lagi dibelakangku kala ketakutan membayangi langkahku
tak kutemui lagi diammu ketika jalan yang kupilih jauh dari apa yang kau ajarkan
ayah, ibu,, aku rindu
kembali bercengkrama riang tentang hal konyol sekalipun
aku merindukan omelan-omelan yang selalu kusanggah dulu
setidaknya, ingin aku kembali membangun komunikasi, lagi!
agar luka ini tak kuobati sendiri, sementara aku sekarat menunggu kematian
arghhhhhhhhh ya Allah,, mereka tak mengjarkan padaku segala hal untuk bermaksiat padaMu
hanya aku, semua kesalahaku hanya aku yang terlalu bodoh tak memaknai setiap kata yang mereka ajarkan
ya Robbi, semua hal baik yang kulakukan, sekecil apapun, tak pernah luput dari senyuman dan ketulusan kasih sayang yang mereka berikan
balaslah dengan yang lebih baik ya Robb, karna Engkau sebaik-baik pemberi balasan
amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar